Selasa, 01 November 2011

Pengabdian Masyarakat PPs. IHDN Denpasar di Pulau Lombok


Pengabdian Masyarakat PPs. IHDN Denpasar di Br.Karang Slumbung, Lingkungan Karang Bayan, Desa Tanjung, Kec. Tanjung, Kab. Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Banjar Slumbung ternyata tidak hanya ada di Desa Manggis Karangasem, tetapi juga ada di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Warga Desa disini merupakan keturunan dari warga Bali tepatnya dari warga Banjar Slumbung Desa Manggis Karangasem yang datang ke Lombok sejak Tahun 1937 dan waktu Gunung Agung Meletus Tahun 1963. Tempat Pengabdian Masyarakat dilakukan di Pura Puseh Desa setempat dimana Pura disini terdiri dari Pelinggih Pepelik, Penyawangan Majapahit, Sanggar Agung, Gedong Pesimpangan Gunung Rinjani, Pelinggih Gaduh, Gedong Lingsar, dan angelurah. Pura Puseh disini sudah dibangun sejak Tahun 1957. Jumlah warga Desa Karang Slumbung saat ini sebanyak 90 kepala keluarga.


Pada Pengabdian Masyarakat kali ini juga dihadiri oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Lombok Utara yang telah terbentuk sejak Tahun 2010 lalu. Ketua PHDI Kabupaten Lombok Utara menjelaskan bahwa di Lombok utara hidup tiga etnis yaitu umat Islam, umat Buddha, dan umat Hindu yang bisa hidup secara berdampingan dengan baik. Jumlah umat Hindu yang ada di Kabupaten Lombok Utara kurang lebih 7000 jiwa yang tersebar di 5 kecatmatan, 33 desa. Kehidupan toleransi di Kabupaten ini berjalan dengan cukup baik. Direktur Program Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Prof I Nengah Duija menyampaikan bahwa tujuan PPs datang ke Lombok Utara adalah pertama untuk Mesimakrama agar keturunan umat Hindu yg datang dari Majapahit bisa tetap bertahan. Tujuan kedua adalah untuk melakukan pelayanan pengobatan alternatif yang dilakukan oleh salah seorang Mahasiswa S3 Ilmu Agama Hindu Program Pascasarjana  Jero Mangku Subagia dan kawan-kawan. 


Acara Pengabdian Masyarakat ini juga dihadiri oleh Ketua STAHN Gde Pudja Mataram yang dalam sambutannya menyampaikan kabar gembira tentang beasiswa sampai tamat yang akan diberikan kepada 50 pendaftar pertama dalam penerimaan Mahasiswa Baru tahun depan.

Dalam Pengabdian Masyarakat ini juga ada Dharma Wacana yang disampaikan oleh Dr I Gusti Made Ngurah yang menyampaikan tentang keberadaan agama Hindu diseluruh Indonesia yang sudah mempunyai wadah Parisada Hindu Dharma Indonesia sejak Tahun 1959 dengan diakuinya agama Hindu oleh Pemerintah dengan nama agama Hindu Bali. Keberadaan umat Hindu saat ini yang multi etnis dan multi kultur memerlukan pembinaan dengan pengembangan yang mengacu pada perkembangan jaman.

Beliau juga menyampaikan pentingnya mengaplikasikan Tri Hita Karana untuk mewujudkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat. Tri Hita Karana mulai dirumuskan tahun 1960, yang walaupun nilai-nilainya sudah dilaksanakan sejak jaman dulu. Tri Hita Karana yang terdiri dari Parahyangan (hubungan Manusia dengan Tuhan), Palemahan (hubungan Manusia dengan lingkungan), dan Pawongan (hubungan Manusia dengan Manusia) mesti diaplikasikan mulai dari diri sendiri dengan memelihara keharmonisan antara atma, indria, dan tubuh. Implementasi Tri Hita Karana juga baik dilaksanakan di luar Bali tentunya dengan menyesuaikan keadaan di luar Bali, yg penting tiga aspek Tri Hita Karana itu berjalan dengan baik. Sebagai contoh kalau memang tidak bisa membuat Tri Kahyangan di luar Bali tidak usah dipaksakan, yang terpenting ada Pura atau tempat utk melakukan pemujaan. Dr I Gusti Made Ngurah juga memberikan cara untuk melaksanakan Tri Hita Karana yang dimulai dari diri sendiri yaitu dengan melakukan praktek Astangga yoga dan Catur Marga. Demikian sekilas laporan dari pulau Lombok.