Minggu, 15 Agustus 2010

Seminar internasional dengan Tema “Bali as Place of The Spiritual Cultural Conservation”


Seminar internasional dengan Tema “Bali as Place of The Spiritual Cultural Conservation” diadakan pada hari senin 16 agustus 2010 jam 09.00 wita. Pemakalah pada Seminar ini adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar  sebagai keynote speaker,Rrektor Universitas Warmadewa I Made Sukarsa yang membicarakan topik mengenai wacana ekonomi spiritual ditengah pergulatan mashab ekonomi dan implementasinya di Bali, dan His Holines Bhakti Raghava dari International Society Krsna Consiousnes (ISKCON) yang membawakan makalah dengan judul Conserving The Spiritual Culture of Bali.



Seminar didahului oleh sambutan Direktur PPs IHDN I Nengah Duija yang sekaligus mewakili Rektor Institut Hindu Dharma negeri Denpasar mengatakan bahwa seminar adalah sebagai ritual akademik, bukan hanya sebagai seremonial saja. Agama yg tidak ditradisikan dalam sebuah budaya maka agama hanya bersifat abstrak. bagian terpenting budaya diilhami oleh agama. Apakah Bali masih merupakan sebuah tempat konservasi budaya spiritual?. Agama tidak dilepaskan dari aspek-aspek ekonomi yang dibangun  bukan bermashabkan ekonomi kapitalis melainkan ekonomi sosialis yang dijalankan berdasarkan dharma agama. Seminar langsung dibuka oleh direktur PPs IHDN Denpasar. Keynote speaker walikota denpasar yg diwakili oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kotamadya Denpasar dalam makalahnya menyampaikan bahwa Taksu dan Jengah menjadi kunci berhasilnya dipadukannya budaya dan agama di Bali. Keagungan budaya Bali dengan spiritualitasnya dicerminkan dg adanya hubungan yang harmonis antara manusia, alam dan tuhan yang merupakan penjabaran dari Konsep Tri Hita Karana. Disinggung juga mengenai kegiatan  Ngayah di Bali yang mengesampingkan nilai ekonomis, dan menonjolkan kesadaran melakukan pelayanan kepada Tuhan. Pesan terakhir yang disampaikan adalah agar masyarakat Bali tangan terlena dengan kemapanan budaya yang telah memiliki nilai spiritualitas. Hilangnya budaya spiritual Bali akan mengakibatkan hilangnya budaya spiritual warisan dunia. Budaya spiritual Bali menjadi living culture yang menjadi nafas dalam setiap kegiatan mayarakat Bali. Mewujudkan Bali sebagai tempat konservasi budaya spiritual adalah sebagai upaya perwujudan taksu dan jengah.



Bhakti Raghava Svami dalam makalahnya menyampaikan di era glabalisasi banyak sekali tantangan khususnya dari dimensi spiritual.  Khususnya bagi yang hidup dengan tadisi warisan leluhur. Banyaknya tantangan yg dilematis memberikan inspirasi untuk mencari cara bagaimana bisa bertahan dari tekanan-tekanan dan pengaruh-pengaruh dari budaya luar. Pandangan waisnawa tentang Dharma berada diluar sektarian. Dharma menyngkut spiritual dan material. Yg bertanggung jawab atas berjalannya dharma adalah para Brahmana dan Ksatria yang dalam hal ini adalah para pemimpin di Bali. Aspek pertama Dharma adalah Warna Asrama Dharma, dan yang kedua adalah  Bhagavad Dharma yang merupakan dimensi spiritualnya. Keduanya saling melengkapi dan bejalan bersama-sama. Warna Asrama Dharma harus mampu merefleksikan Bhagawad Dharma. Di Dunia barat Warna Asrama Dharma dimengerti secara buruk. Warna Asrama Dharma adalah sistem tatanan masyarakat yg memberikan tuntunan dalam kehidupan bermsyarakat. Filsafat yang mampu menolong masyarakat dalam kehidupan dari pola hidup yg konsumtif dan materialistik atau industrialisasi yang berlebihan. Kehancuran ekologi global, krisis ekonomi, modifikasi genetik makanan, global warming,  industrialisasi perkebunan. Aborsi, keretakan dlm rumah tangga. Semua itu disebabkan karena penyimpanagan pelaksanaan Warna Asrama Dharma. Bhagavad Dharma adalah sistem pengetahuan yg ilmiah mengenai kebenaran. Dharma kalau dipahami dg baik akan memberikan pencerahan. Gagal memahami dua dimensi Dharma ini berarti gagal dalam mengembangakan budaya dan agama. Prinsip Dharma adalah prinsip-prinsip kekal.



Selanjutkan pemakalah yang kedua I Made Sukarsa menjabarkan mengenai aktivitas Agama  dalam bentuk budaya di Bali juga merupakan aktivitas ekonomi. Beliau juga menguraikan bahwa kegagalan Globalisasi itu telah menghambat pertumbuhan industri dlm negeri, neraca pembayaran bertambah buruk, sektor keuangan makin tidak stabil. Salah satu solusi untuk segala permasalahan globalisasi adalah dengan penerapan Homospiritual, yang  lebih menekankan nilai moral dalam berbisnis, pengekangan hawa nafsu dari maksimasasi keuntungan, kerusakan lingkungan dan mengurangi kerakusan. Menekankan kebaikan , kesabaran dan keadilan. Tiga pilar spiritual dalam bisnis menurut beliau adalah bertujuan untuk membuat pekerjaan menjadi lebih bermakna, menghormati kemampuan dan kreativitas karyawan, membuat dunia menjadi lebeh nyaman yang dimulai dari lingkungan masing-masing. Demikianlah sekilas liputan berita untuk seminar kali ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar